Rabu, 16 September 2009

01.05 - No comments

Hubungan Internasional


Kerja sama internasional merupakan sebuah cara untuk mempererat suatu hubungan diplomatik antar negara. Contohnya saja Negara kita , Indonesia juga melaukukan hal yang sama bukan ? sebenarnya apa sih tujuan dari hubungan internasional itu sendiri ? Tujuannya tak lain adalah mendapatkan keuntungan dan mendapatkan bantuan. Bisa kita liat Indonesia sedang getol – getolnya mengirimkan TKW dan TKI untuk di beberapa Negara seperti Malaysia, Singapore, Brunei,dll. Dengan cara itu mereka secara langsung membantu Negara kita untuk menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia serta menambah devisa Negara kita dan juga kita secara tidak langsung membantu Negara- Negara tsb mencari tenaga dari Negara kita untuk membantu di beberapa sektor. Kadang juga malah menimbulkan masalah dan kasus – kasus penganiayaan yang umumnya dialami oleh TKW.

Bentuk – bentuk kerja sama lainnya juga dapat kita lihat, yaitu para investor – investor asing menanamkan modalnya di Indonesia untuk membuka suatu usaha – usaha yang bergerak di bidang Industri, Telekomunikasi,kuliner, sampai pertambangan. Usut punya usut hal- hal inilah yang dapat mengecilkan GNP kita. Faktanya sekarang ini Supermarket besar yang ada di Indonesia hampir 75% pemegang sahamnya adalah orang – orang asing. Mereka membuat konsep menarik, nyaman, dan modern sehingga kaum pribumi kita lebih suka ke Supermarket dan enggan ke pasar tradisional yang umumnya becek, kotor ,dsb. Hal – hal itulah yang sebenarnya membuat kenapa Negara kita tidak maju dan kaya dibandingkan dengan Negara lain. Alasannya hanya satu yaitu warga Indonesia sendiri lebih suka dan dengan bangganya membeli, mengkonsumsi, serta memakai produk – produk dari luar negeri dan malu jika ketahuan membeli, memakai barang – barang asli dari Indonesia negaranya sendiri. Padahal sekarang saja Restoran fast food seperti MC Donald’s, A&W sudah beredar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tapi warga kita lebih suka makan disana daripada warteg. Pasti kesannya gengsilah, padahal kita harus menguranginya agar dapat menggemukkan GDP dan GNP.

Saya pribadi kecewa karena di generasi sekarang saja kawula mudanya kebanyakan gengsi serta tidak bangga akan tanah airnya sendiri. Untuk mengahadapi tantangan globalisasi generasi muda saat ini dituntut mandiri , kreatif, innovative, serta kompetitif. Mengapa ??? Karena menurut saya Negara kita sudah sangat dan sangat ketergantungan serta adanya ketidakmandirian yang dialami oleh Negara kita. Maka saya sangat setuju apabila ada opini yang menyatakan dan memberikan statement bahwa Hubungan Internasional dan Diplomatik mebuat Negara kita “ TIDAK MANDIRI “. Faktanya yang sangat jelas terlihat di PT. Freeport mayoritas investornya dan pemegang sahamnya adalah orang asing dan kita hanya dikacungi dan diberikan keuntungan yang sangat sedikit oleh mereka. Padahal tanah, ladang yang mereka dirikan adalah ladang kita ladang Indonesia yang dikenal kaya SDA. Tapi SDM kita pun rata – rata dapat di Cap “ UNQUALIFIED” karena mereka tidak bisa memanfaatkan dan mengolah apa yang di anugrahkan oleh Tuhan kepada bumi kita Indonesia. Salah satu faktornya adalah KETAMAKAN dan KESERAKAHAN. Karena sifat itulah yang membuat orang – orang pribumi kita tidak pernah puas dan bersyukur dan selalu ingin lebih sehingga mudah diperdayai oleh orang – orang asing.

Sehingga mencerminkan Negara kita secara tidak langsung dijajah olah orang asing.

Faktor lainnya adalah orang – orang pribumi kita selalu mempunyai doktrin “ Ingin Mencari pekerjaan “ bukan “ Menciptakan Lapangan Kerja “.Maka dari itu mulai sekarang sebagai anak muda kita harus mengubah pola piker mereka.

Kadang saya suka tertawa sendiri mendengar teman – teman saya berkata , “ ih itu kan produk dan punyanya Amerika trus kan itu buat bantu Israel “ begitulah komentar yang saya kutip dari beberapa teman – teman saya. Sebenernya sih benar tapi ya apa boleh buat jujur kita memang sudah ketergantungan dan tidak bisa tanpa mereka. Saya juga pernah membayangkan bagaimana Indonesia tidak ada MC DONALDS, A&W, CAREFOUR dan merk – merk seperti PRADA, D&G, LV. Pasti Indonesia kaya mendadak karena semua warganya membeli, dan memakai produk dalam negeri. Benarkan ?

Kembali lagi ke masalah Hubungan Internasional, I personally think , semustinya pemerintah lebih membatasi hubungan kerja sama apalagi di bidang bisnis karena dianggap akan membuat warga Indonesia akan cenderung ketergantungan terhadap produk luar serta pemerintah juga harus mebuat sebuah pencapaian baru yaitu kalau bisa Negara kita harus mengekspor bukan mengimport dan mendirikan serta menjadi pemegang saham di Negara lain. Tapi saya sadar hal tersebut memang sukar diwujudkan . Jalan satu – satunya ialah hanya membatasi saja secara sedikit demi sedikit. Kesimpulan saya bahwa melakukan kerja sama internasional pasti ada hal - hal positif dan negatifnya serta percaya Indonesia will follow USA to be SuperPower country soon. So, kita musti respect dan care dari sekarang.

Jumat, 29 Mei 2009

00.40 - No comments

Fenomena Angkot

Sebuah sarana transportasi umum yang sangat berperan penting di jantung kota Depok. Kehadirannya sangat membantu bagi masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi . Kini kita sudah tidak asing lagi melihat angkot dan bahkan di beberapa wilayah seperti trayek Depok 2, angkot D. 02 sudah diberikan nomor urut yang biasanya tertera di bagian depan, sebelah bemper. Alhasil kita dapat mengira berapa jumlah angkot yang beroperasi di trayek Depok 2. Menurut pengalaman saya, saya pernah melihat no urut angkot 452. Wow, It’s so really amazing ! berarti sudah ada sekitar 400 hingga 500 angkot yang khusus beroperasi di Depok 2. Belum lagi angkot yang beroperasi di daerah lainnya, sperti angkot D.03, D.04, D.01, D.05,dll. Kebayang kan, berapa jumlah angkot yang ada di kota Depok ? Pasti sangat banyak..

Hal lain yang patut dibahas adalah kenaikan harga tarif angkot.. Pasti masyarakat kota Depok sering merasa betapa mahalnya tarif ongkos angkot,, apalagi penumpang dewasa.Bila di compare dari masa terdahulu, tepatnya pada jaman saya masih SMP. Tarif angkot pada saat itu bisa dikatakan sangat murah karena pasalnya penumpang dewasa dikenakan tarif sebesar Rp 1500 ,00 untuk trayek dari Depok 2 s.d Terminal Depok. Lantas, sekarang apa yang terjadi ? Pada awal-awal kenaikan BBM banyak sekali penumpang yang ditelantarkan supir angkot dan angkot pun sempat mogok karena supir angkot mengira tarif pada saat itu tidak susuai dengan harga BBM. Tarif angkot dikenakan sebesar Rp3000,00. hal ini amat disayangkan, karena pengguna angkot mayoritas adalah orang menengah ke bawah. Setelah ada penurunan harga BBM, kini tarif angkot turun Rp 500,00 dan menjadi Rp 2500,00. Sambutan masyarakat sangat antusias, meskipun Pemerintah hanya bisa menurunkan harga sebesar itu. Tapi itu sudah sangat berarti. Faktanya sekarang supir angkot agak kurang menerima kenyataan dengan turunnya tarif angkot. Dapat dibuktikan dengan ketika penumpang membayar dengan uang Rp 3000,00 pasti supir angkot tidak pernah mengembalikan uang kembaliannya. Benar bukan ?

Maraknya keberadaan angkot tidak luput dari masalah kemacetan yang tidak dapat dipisahkan dari masalah di kotakota besar khususnya di Kota Depok ini. Jika bicara tentang masalah kemacetan , jadi ingat lagu anak-anak tempo dulu “ Macet lagi, macet lagi, gara- gara si Komo lewat”. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa penyebab kemacetan lalu lintas adalah angkot.. Belum lagi jumlah angkot yang banyak. Saat ini di Jln. Margonda jalur angkot di pisah dengan kendaraan lainnya. “ Angkot Way” namanya. Tapi faktanya tidak ada perubahan yang significan, tetap saja macet. Jika anda pernah mengalami macet di Jln. Nusantara, bila diperhatikan dengan teliti, lampu hijau di rambu - rambu hanya bertahan dalam hitungan 15 detik. Kemudian lampu kembali merah. Hal yang dibenci oleh penumpang ialah supir angkot suka “ Nge-tem”. Itu sangat menjengkelkan. Jika anda sedang duduk di dalam angkot dapat anda perhatikan wajah- wajah orang kantoran yang resah akibat si supir angkot “Nge-tem”,padahal penumpangnya lumayan banyak. Memang supir angkot banyak yang dikejar setoran, belum lagi untuk memenuhi nafkah keluarganya. Tapi supir angkot juga perlu memikirkan nasib penumpangnya yang dikejar waktu. At least keberadaan angkot dapat dibilang menguntungkan dan merugikan tergantung persepsi masyarakat masing- masing.