Senin, 08 Oktober 2012

17.22 - No comments

Sikap Berpositif dalam Berbahasa Indonesia


Sebuah ciri khas yang akan selalu melekat sampai akhir jaman pada sebuah Negara , tak lain dan tak bukan adalah bahasa. Sebuah identitas kebangsaan yang telah diwarisi dari nenek moyang pada jaman penjajahan dulu. Sebuah alat kesatuan rakyat Republik Indonesia dan juga sebuah komunikasi verbal sehari-hari dengan beragam dialek. Bertepatan dengan bulan Oktober yang telah ditetapkan sebagai Bulan Bahasa, mengangkat topik ini kiranya sangatlah tepat. Dengan tidak mengurangi rasa nasionalisme kita , semua warga negara Indonesia wajib hukumnya menjunjung tinggi Bahasa persatuan kita , yakni Bahasa Indonesia .
 Perkembangan  globalisasi yang dapat dikatakan dinamis serta munculnya westernisasi membuat sebagian orang beranggapan, bahasa asing lebih bergengsi dibanding bahasa sendiri. Pembentukan pola pikir seperti ini yang sudah amat sangat melekat di masyarakat kita. Kalu diibaratkan dengan kasta , bahasa Indonesia mungkin akan menjadi target kedua, ketiga , ataupun berikutnya dalam keinginan untuk mempelajari sastra dan bahasa. Saya pribadi sangat salut melihat mahasiswa sebaya kita mengambil kuliah studi jurusan Sastra Indonesia. Dengan kata lain, keinginan untuk melestarikan bahasa ibu sudah ada , tinggal prosesnya saja.
Disini saya juga tidak munafik, tatkala dulu saya mempunyai pandangan yang sama. Banyak faktor yang melatarbelakangi pandangan serupa. Mengapa demikian ? Faktor lapangan pekerjaan mungkin menjadi salah satu nya. Saat ini perkembangan dunia kerja sangatlah pesat, semua terdidik untuk menjadi lulusan yang qualified , dan sesungguhnya patokan utama dalam perekrutan karyawan adalah TOEFL. Tak dapat dipungkiri memang, keberadaan bahasa Inggris yang International menuntut semua orang fasih. Dari sederet perusahan multinasional hingga internasional mewajibkan TOEFL sebagai pegangan wajib. Mirisnya adalah lulusan Sastra Indonesia selalu dicemooh orang , “pasti kalau lulus jadi guru”  . Padahal dengan belajar sastra Indonesia, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sastrawan besar seperti Rendra, Chairil Anwar , pengarang novel atau publisher kah ? Begitulah paradigma yang ada di mata masyarakat saat ini.
Berpositif ria terhadap bahasa Indonesia juga harus diterapkan pada kehidupan sehari. Untuk saat ini banyak padanan kata yang suka disalah artikan. Memang bukan salah siapa-siapa. Tapi itu semua memang adanya pengaruh dari bahasa daerah kita, mengingat Indonesia adalah Negara kepulauan yang tediri dari beragam suku dan kebudayaan maka wajar adanya jika muncul dialek-dialek yang berupa padanan kata dari penggabungan bahasa daerah. Melalui perkuliahan, kini saya mulai mengerti bahwa bahasa juga salah satu bentuk komunikasi verbal seseorang yang mewakili strata pendidikannya. Semua tercermin pada sebuah bahasa.
Menjadi generasi penerus bangsa adalah tanggung jawab besar. Mau dibawa kemana bangsa ini nanti apabila kita tidak mempunyai identitas ? Bahasa lah yang menjawab semua nya, jangan sampai bahasa kita diklaim oleh negara orang. Maka berbahasa Indonesia lah dengan baik dan benar .