17.22 -
No comments
Sikap Berpositif dalam Berbahasa Indonesia
Sebuah ciri khas
yang akan selalu melekat sampai akhir jaman pada sebuah Negara , tak lain dan
tak bukan adalah bahasa. Sebuah identitas kebangsaan yang telah diwarisi dari nenek
moyang pada jaman penjajahan dulu. Sebuah alat kesatuan rakyat Republik
Indonesia dan juga sebuah komunikasi verbal sehari-hari dengan beragam dialek.
Bertepatan dengan bulan Oktober yang telah ditetapkan sebagai Bulan Bahasa,
mengangkat topik ini kiranya sangatlah tepat. Dengan tidak mengurangi rasa
nasionalisme kita , semua warga negara Indonesia wajib hukumnya menjunjung
tinggi Bahasa persatuan kita , yakni Bahasa Indonesia .
Perkembangan
globalisasi yang dapat dikatakan dinamis serta munculnya westernisasi
membuat sebagian orang beranggapan, bahasa asing lebih bergengsi dibanding
bahasa sendiri. Pembentukan pola pikir seperti ini yang sudah amat sangat
melekat di masyarakat kita. Kalu diibaratkan dengan kasta , bahasa Indonesia
mungkin akan menjadi target kedua, ketiga , ataupun berikutnya dalam keinginan
untuk mempelajari sastra dan bahasa. Saya pribadi sangat salut melihat
mahasiswa sebaya kita mengambil kuliah studi jurusan Sastra Indonesia. Dengan
kata lain, keinginan untuk melestarikan bahasa ibu sudah ada , tinggal prosesnya
saja.
Disini saya juga
tidak munafik, tatkala dulu saya mempunyai pandangan yang sama. Banyak faktor
yang melatarbelakangi pandangan serupa. Mengapa demikian ? Faktor lapangan
pekerjaan mungkin menjadi salah satu nya. Saat ini perkembangan dunia kerja
sangatlah pesat, semua terdidik untuk menjadi lulusan yang qualified ,
dan sesungguhnya patokan utama dalam perekrutan karyawan adalah TOEFL. Tak
dapat dipungkiri memang, keberadaan bahasa Inggris yang International menuntut
semua orang fasih. Dari sederet perusahan multinasional hingga internasional
mewajibkan TOEFL sebagai pegangan wajib. Mirisnya adalah lulusan Sastra
Indonesia selalu dicemooh orang , “pasti kalau lulus jadi guru” . Padahal dengan belajar sastra Indonesia,
tidak menutup kemungkinan akan menjadi sastrawan besar seperti Rendra, Chairil
Anwar , pengarang novel atau publisher kah ? Begitulah paradigma yang
ada di mata masyarakat saat ini.
Berpositif ria
terhadap bahasa Indonesia juga harus diterapkan pada kehidupan sehari. Untuk
saat ini banyak padanan kata yang suka disalah artikan. Memang bukan salah
siapa-siapa. Tapi itu semua memang adanya pengaruh dari bahasa daerah kita,
mengingat Indonesia adalah Negara kepulauan yang tediri dari beragam suku dan
kebudayaan maka wajar adanya jika muncul dialek-dialek yang berupa padanan kata
dari penggabungan bahasa daerah. Melalui perkuliahan, kini saya mulai mengerti
bahwa bahasa juga salah satu bentuk komunikasi verbal seseorang yang mewakili
strata pendidikannya. Semua tercermin pada sebuah bahasa.
Menjadi generasi
penerus bangsa adalah tanggung jawab besar. Mau dibawa kemana bangsa ini nanti
apabila kita tidak mempunyai identitas ? Bahasa lah yang menjawab semua nya,
jangan sampai bahasa kita diklaim oleh negara orang. Maka berbahasa Indonesia
lah dengan baik dan benar .